Mendagri Tito Resmi Luncurkan Relawan “RedKar”

By Abdi Satria


nusakini.com-Bantul-Menteri Dalam Negeri Prof H.M. Tito Karnavian Ph.D menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke 101 ‘Korps Damkar’ di Stadiun Sultan Agung Bantul Yogyakarta, Minggu (1/3).

Upacara yang diselingi atraksi lwater Dance” oleh petugas pemadam kebakaran tersebut dihadiri sekitar 2000 petugas Korps Pemadam Kebakaran dari 47 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Turut hadir Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwana X, Bupati Kabupaten Bantul H Suharsono, Forkopimda Provinsi DI Yogyakarta, Kapolda DI Yogyakarta Irjen Asep Suhendar, Sekjen Kemendagri Hadi Prabowo, Prof. Dr. Zudan Arif Fakrullah Dirjen Dukcapil dan Plt Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Dr. Bahtiar serta Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Eko Subowo.

“Usia Korps Damkar sudah lebih dari satu abad. Tak banyak organisasi yang mampu bertahan hingga lebih dari 100 tahun kecuali organisasi yang benar-benar memiliki kultur organisasi yang baik, didukungan secara militan oleh anggotanya sendiri serta pelayanannya dibutuhkan masyarakat seperti Korps Pemadam Kebakaran” kata Tito di dalam sambutannya.  

Keberadaan Korps Damkar tersebar di semua 548 Pemerintah Daerah di tingkat Propinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia dengan jumlah personel sekitar 50 ribu. 70% dari personel ini merupakan pegawi honorer dan sisanya berstatus PNS.  

“Dalam urusan pemerintahan sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, gugus tugas Damkar termasuk jenis pelayanan *dasar bersifat wajib* yang harus dilakukan oleh pemerintah. Kemendagri, selaku pembina dan pengawas pemerintah daerah di seluruh Indonesia sangat berkomitmen untuk menjaga standar mutu pelayanan, sarana prasarana serta kualitas kompetensi SDM Korps Damkar ini” lanjut Tito.  

“Tantangan tugas Korps Damkar sangat spesifik namun vital bagi masyatakat, yaitu memadamkan api bila terjadi kebakaran. Namun disamping itu ada juga fungsi yang melekat lainnya yaitu fungsi penyelamatan (rescue team) bagi anggota masyarakat yang mengalami musibah bencana, tegas Tito. 

“ Kualitas kompetensi menjadi hal paling utama yang perlu diperhatikan di gugus tugas Damkar” lanjut Tito.  

Tito mengatakan bahwa ukuran universal yang dipakai oleh masyarakat di dalam menilai petugas Damkar bukanlah soal hebat tidak hebatnya di saat bertugas menangani bencana kebakaran. Namun “terlatih” atau tidak, urai Tito.  

“Penguasaan teknis lapangan penanggulangan kobaran api dan kualifikasi fungsi penyelamatan merupakan hal yang mutlak diperhatikan. Juga kesigapan, militansi keberanian menembus bahaya dengan kalkulasi yang cermat adalah hal hal yg dibutuhkan dann hanya didapat lewat pelatihan yang terus menerus, ujar Mantan Kapolri itu.  

”Disamping itu, kata Tito, image fungsi Korps Damkar di Indonesia hanya menonjol dalam fungsi pemadaman api. Ini tampak dengan seragam khas dan mobil pemadam kebakaran.  

Padahal, fungsi kedua yang diemban Korps Damkar adalah fungsi penyelamatan atau pertolongan masyarakat di tengah bencana. Image fungsi ini agak tertinggal dan redup di benak masyarakat bila menyangkut Korps Damkar.  

“Di luar negeri, seperti di Amerika, disamping fungsi pemadam kebakaran, fungsi penyelamatan dari Korps Damkar sangat menonjol atau dominan.  

Bahkan Masyarakat disana sangat percaya akan keberadaan fungsi pertolongan dan penyelamatan yang diberikan oleh petugas Damkar. Sehingga bila masyarakat membutuhkan pertolongan, mereka langsung mengkontak petugas Damkar setempat selaku “rescue team”. ujar Tito. 

“Saya ingin fungsi penyelamatan atau pertolongan Korps Damkar terhadap masyarakat yang mengalami musibah entah itu kecelakan bersifat domestik seperti banjir, longsor atau lainnya juga ditingkatkan” jelas Tito.  

Damkar jangan hanya pintar memadamkan api, tapi juga piawai menyelmatkan warga yabg terkena musibah bencana, tegas Tito. 

Dalam rangka memaksimalkan fungsi Korps Damkar tersebut, Mendagri Tito membentuk dan meresmikan relawan RedKar (Relawan Pemadam Kebakaran).  

Relawan berseragam merah api ini dibentuk secara nasional mulai dari 10 Relawan di tingkat Desa/Kelurahan, 10 di Kecamatan dan 50 di Kabupaten/Kota dan Propinsi.  

Relawan ini diseleksi dan dilatih secara profesional. Relawan ini akan didukung dengan dana menggunakan dana sumbangan masyarakat dan dana APBD/N. 

Relawan ini akan melekat ke struktur sub-dinas Damkar di tiap Kabupaten dan menjadi tenaga relawan terampil yang siap digerakkan untuk membantu misi penyelamatan masyarakat dan juga pemadaman kebakaran.  

Model relawan RedKar seperti ini sudah lajim eksis di luar negeri dan sangat bermanfaat bagi masyarakat seperti Fire Voluteer Barigade di Philippine atau Freiwillig Feuerwehr di Jerman.  

Mendagri Tito mengharapkan bahwa relawan RedKar menjadi wahana baru penyaluran semangat solidaritas dan militansi kaum muda untuk mengabdi bagi masyarakat dan kepentingan umum, tutup Tito. (p/ab)